Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islami




A.    Pengertian Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islami
Istilah bimbingan pendidikan tampak seperti istilah yang tumpang tindih, bimbingan itu termsuk pendidikan. Istilah tersebut sebenarnya sekedar kependekan dari bimbingan di bidang pendidikan. Barangkali ini pun belum jelas benar. Bimbingan pendidikan dimaksudkan pemberian bimbingan terhadap indibidu dalam melakukan kegiatan belajar atau pendidikannya. Dengan demikian, maka  yang dimaksud bimbingan dan konseling pendidikan Islami adalah kegiatan atau proses bimbingan dan konseling yang diberikan individu dalam kegiatan belajar atau pendidikannya. Jika masing-masing dirumuskan, maka rumusnya akan menjai sebagai berikut.
Bimbingan pendidikan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar kegiatan belajar atau pendidikannya senantiasa selaras dengan tujuan pendidikan Islami, yaitu menjadi insan kamil sebagai sarana mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Konseling pendidikan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu mengatasi segala hambatan dalam kegiatan belajar atau pendidikannya, dengan menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa mengikuti ketentuan dan petunjuk Allah, agar menjai insan kamil, sebagai sarana mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Sejalan dengan pengertian bimbingan dan konseling Islami seperti telah dikemukakan diatas, maka bimbingan pendidikan Islami tekannnya lebih pada upaya preventif, dalam arti mencegah munculnya problem dalam kegiatan pendidikan seseorang dengan senantiasa memelihara kondisi yang baik agar tetap baik atau lebih baik. Sedangkan konseling pendidikan Islami tekanannya pada upaya kuratif pada bantuan pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan seseorang. (Thohari Musnamr, 1992:92).
B.     Tujuan Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islami
Bimbingan dan konseling pada dasarnya hanya merupakan bantuan kepada individu, artinya pelaksanaan kegiatan mencegah dan atau memecahkan masalah-masalah pendidikan yang mungkin atau sedang dihadapi, merupakan kegiatan individu yang dibantu itu sendiri. Oleh karena itu, bimbingan dan konseling pendidikan Islami pada dasarnya sekedar membantu indiviu mengetahui masalah yang dihadapinya, atau mungkin dihadapinya, mengetahui kondiri atau keadaan (kekuatan atau kelemahan) dirinya, dan membantu mencari alternatif pemecahan masalah. Secara rinci tujuan bimbingan dan konseling pendidikan Islami sebagai berikut:
1.      Membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan dengan kegiatan belajar atau pendidikannya, antara lain dengan jalan :
a.       Membantu individu memahami hakikat belajar atau pendidikan menurut Islam.
b.      Membantu individu memahami tujuan dan kedudukan belajar atau pendidikan menurut Islam.
c.       Membantu individu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar atau pendidikan.
d.      Membantu individu menyiasati kegiatan-kegiatan belajar atau pendidikan agar berhasil.
e.       Membantu inividu melakukan kegiatan belajar atau pendidikan sesuai dengan ketentuan ajaran Islam.
2.      Membantu individu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar atau pendidikan, antara lain dengan jalan :
a.       Membantu individu agar mampu memahami (menganalisa dan mendiagnosa) problem yang dihadapinya.
b.      Membantu individu memhami kondisi dirinya dan lingkungannya.
c.       Membantu individu memahami dan menghayaticara-cara mengatasi masalah belajar atau pendidikan menurut atau yang sesuai dengan ajaran Islam.
d.      Membantu individu menetapkan pilihan upaya pemecahan masalah yang dihadapinya sesuai dengan ajaran Islam.
3.      Membantu Individu memelihara situasi dan kondisi kegiatan belajar atau pendidikan agar tetap baik dan mengembangkannya agar jauh lebih baik, yakni antara lain dengan cara :
a.       Memelihara individu memelihara situasi dan kondisi belajar atau pendidikannya yang semula pernah terkena problem dan telah teratasi agar tidak menjadi permasalahan kembali.
b.      Mengembangkan situasi dan kondisi belajar atau pendidikan menjadi lebih baik. (Thohari Musnamr, 1992:93)
C.    Pandangan Islam tentang Pendidikan
Bagi pembimbing Islam atau konselor Islam yang menangani bimbingan dan konseling, pertama-pertama ia harus memiliki wawasan Islam tentang pendidikan. Adapun pandangan Islam tentang pendidikan dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut :
1.      Bahwa belajar merupakan perintah utama dari agama Islam. Hal ini tercermin pada ayat yang pertama kali turun, yaitu suara Al-‘Alaq ayat 1-5 :

Artinya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, yang telah mengajarkan (manusia) dengan perantaraan pena. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(QS. Al-‘Alaq:1-5)
Membaca, secara psikologis mengandung muatan: proses mental yang tinggi, proses pengenalan (cognition), ingatan (memory), pengamatan (perception), pengucapan (verbalization), pemikiran (reasoning), daya kreasi (creativity) dan sudah barang tentu psikologi.
      Secara sosiologia, membaca juga mengandung muatan: proses yang menghubungkan perasaan, pemikiran dan tingkah laku seseorang dengan orang lain. Membaca juga merupakan sistem perhubungan (communication system) yang merupakan syarat mutlak terwujudnya sistem sosial. Selanjutnya penggunaan bahasa (yang tertulis dan dibaca) merupakan gudang tempat menyimpan nilai-nilai budaya yang dipindahkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
2.      Bahwa ilmu dan orang berilmu sangat dihargai dalam Islam. Apresiasi Islam terhadap Ilmu bukan hanya terkandung dalam ajaran, tetapi juga terbukti dalam sejarah, terutama sejarah klasik Islam. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa orang mukmin yang berilmu dilebihkan derajatnya (QS. Al-Mujadalah:11). Mereka juga diberi gelar ulul albab  (orang-orang yang berakal) (QS. Az-Zumar:9), ulin nuha (orang-orang yang berakal) (QS. Thoha:54), ulil abhsar (orang-orang yang mempunyai pandangan) (QS. Al-Hasyr:2), dzi hijrin (orang-orang yang berakal) (QS. Al-Hijr:5).
3.      Memilih ilmu dibanding harta adalah merupakan keputusan yang tepat dan menguntungkan, baik secara moril maupun materiil. Ketika Nabi Sulaiman ditawari Tuhan untuk memilih ilmu, harta atau kekuasaan, Nabi Sulaiman memilih ilmu, dan dengan ilmu maka Nabi Sulaiman kemudian memperoleh harta dan kekuasaan. Ali bin Thalib pernah berkata bahwa ilmu bisa menjagamu sedangkan harta, engkaulah yang harus menjaganya. Harta jika diberikan kepada orang lain, maka harta itu dapat berkurang, tetapi ilmu semakin sering diberikan kepada orang justru semakin bertambah.
4.      Perjuangan di jalan ilmu (sebagai murid, guru, pembimbing, konselor atau fasilitator) akan memudahkan jalan menuju kebahagiaan surgawi. Hal ini sebagaimana hadis Nabi SAW yang berbunyi :

Artinya:
“Barang siapa memilih jalur ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan baginya ke surga. (HR. Turmudzi).”
5.      Pertanggung jawaban ilmu adalah pada seberapa jauh mengamalkannya.

Artinya ;
“Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tak berbuah”

Artinya :
“Kelak di akhirat, manusia tidak bisa berkutik sebelum mempertanggung jawabkan empat hal, yaitu: 1. Tentang umurnya, untuk berbuat apa saja. 2. Tentang masa mudanya, untuk mempersiapkan apa saja. 3. Tentang ilmunya, seberapa jauh ia mengamalkannya. 4. Tentang harta, dari mana ia memperoleh dan untuk apa harta itu digunakan. (Hadis)”.
6.      Orang ‘alim yang tidak mengamalkan ilmunya, secara moril dosanya lebih besar dibanding orang bodoh (yang memang tidak memiliki ilmu).

Artinya :
“orang ‘alim yang tidak mengamalkan ilmunya, akan disiksa lebih dahulu (di akhirat) sebelum siksaan bagi penyembah berhala”. (Zubad)
7.      Pendidikan harus diorientasikan ke masa depan, untuk menyongsong dan mengantisipasi perkembangan mendatang.

Artinya :
“Didiklah anak-anakmu berenang dan memanah, sesungguhnya anak-anakmu itu akan hidup pada zaman yang bukan zamanmu”.(Ali bin Abi Thalib).
8.      Sesuai dengan kapasitas masing-masing, setiap orang diberi peluang yang pas untuk berkecimpung dalam bidang ilmu :

Artinya :
“Jadilah kamu: (1) Orang pandai (dan mengajar), jika tidak bisa maka jadilah (2) Murid, jika tidak makan jadilah (3) Pendengar yang baik, jika mendengarpun tidak sempat, jadilah (4) Orang yang mencintai ilmu, dan sekali-kali jangan menjadi orang yang ke lima (tidak pintar, tidak mau belajar, tidak mau mendengar dan tidak suka ilmu).”
9.      Jika mau menekuni suatu ilmu, pilihlah ilmu yang berguna, yang relevan dengan kemaslahatan hidup, jangan asal ilmu, Rasul pernah berdoa:

Artinya :
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan dari hati yang tidak khusyu’, dan dari nafsu yang tidak mau kenyang, serta dari do’a yang tak dikabulkan”. (HR. Ahmad dalam Musnadnya).
10.  Ilmu merupakan investasi jangka panjang

Artinya :
“Jika manusia mati maka putuslah produktivitasnya, kecuali tiga hal, yaitu: (1) amal jariyah, (2) ilmu yang diambil manfaatnya oleh orang lain, dan (3) anak shaleh yang selalu mendo’akan kedua orang tuanya”. (HR. Al-Bukhari).
11.   Sumber ilmu ada dua, yaitu dari Allah, melalui wahyu, ilham dan intuisi, dan ilmu yang diproduk oleh akal manusia.
12.  Betapapun pandainya seseorang, ia tidak boleh menyombongkan diri, karena pasti ada orang lain yang melebihinya, dan hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
13.  Menurut Imam Ghazali, ada tiga kategori ulama, yaitu: hujjah, hajjaj, dan mahjuj. Ulama dalam kapasitas hujjaj adalah orang yang ‘alim, wara’, zuhud, dan mengutamakan agama dibanding yang lain. Hajjaj lebih dari itu, mampu membela agama dari serangan luar, dan mahjuj  adalah ulama yang ‘alim tetapi sifatnya tidak mulia karena ia lebih menyukai kehidupan dunia dibanding kemuliaan ukhrawi.
14.  Dari tiga lingkaran pendidikan: rumah tangga, sekolah dan lingkungan masyarakat, pendidikan dalam rumah merupakan pondasi utama, meskipun sekolah dan lingkungan masyarakat juga besar pengaruhnya. Oleh karena itu contoh teladan orang tua kepada anak-anaknya di rumah besar sekali andilnya dalam pembentukan generasi.
15.  Ilmu boleh dipelajari dari sumber manapun yang tepat sesuai dengan bidangnya. Tidak mengapa seorang muslim belajar matematika kepada orang Kristen, belajar teknologi kepada orang Yahudi, belajar berburu kepada orang primitif.

Artinya :
“Ambillah hikmah itu dari manapun ia keluar”

Artinya :
“Hikmah itu ibarat barang milik orang mukmin yang hilang, yang bisa ditemukan di mana saja, oleh siapa saja.”
16.  Pergi merantau dalam rangka mencari ilmu dipandang sangat positif dalam pengembangan diri dan wawasan.

Artinya :
“Tuntutlah ilmu , meski sampai jauh ke negeri Cina”

Artinya :
“Merantaulah, engau pasti akan menemukan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan. Bersusah payahlah, karena sesungguhnya nikmatnya hidup itu justru terasa dalam kesulitan”.(Imam Syafi’i)
17.  Jalan hidup yang benar akan membantu keberkahan ilmu, sementara jalan hidup yang salah akan menghilangkan nilai keberkahan.

Artinya :
“Aku pernah mengeluh kepada kyai Waki’ tentang kesulitan belajar, maka gutuku mengajarkan agar aku menjauhi perbuatan maksiat. Dia juga mengajarkan kepadaku bahwa ilmu itu cahaya dan cahaya ilahiyyah tidak akan diberikan kepada ahli maksiat.’ (Imam Syafi’i)
18.  Bahwa kewajiban belajar itu tidak dibatasi oleh umur, oleh karena itu hidup berumah tangga tidak mengahalangi keharusan menuntut ilmu, atau nikah dan belajar dapat sejalan, tidak harus dipertentangkan. Prinsip pendidikan dalam Islam adalah pendidikan seumur hidup, long life education.

Artinya :
“Tuntutlah ilmu sejak dari ayunan hingga ke liang lahad”.(Achamd Mubarok, 2000:174-180)

0 komentar:

Posting Komentar

Label

Recent

Author

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Welcome To SoraBook